Presiden terpilih Prabowo Subianto berhasil merangkul dua partai politik PKB dan Partai NasDem untuk bergabung dalam koalisi pemerintahannya nanti.
PKB dan NasDem merupakan partai pengusung pasangan nomor 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang menjadi lawan Prabowo pada Pilpres 2024.
Kini Prabowo memiliki dukungan enam partai yang lolos ke DPR, yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PKB, NasDem. Tersisa PDIP dan PKS yang belum menyatakan sikap politiknya.
PDIP maupun PKS belum melakukan pertemuan terbuka dengan Prabowo, meskipun PKS sudah memberi selamat ke Prabowo-Gibran.
Partai banteng belum mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran. Kader PDIP juga tak ada yang hadir ke Kantor KPU RI saat penetapan Prabowo dan Gibran Rakabuming sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029.
Di sisi lain, PDIP belum menyatakan sikap menjadi oposisi. Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu baru membahas langkah politiknya pada Rakernas 24-26 Mei mendatan.
“Nanti dibahas dalam Rakernas 24-26 Mei,” kata Politikus PDIP Hendrawan Supratikno melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/4).
Bagaimana para pengamat menilai kemungkinan PDIP untuk mengambil sikap oposisi? Apakah partai banteng memiliki keberanian untuk berada di luar pemerintahan?
Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai PDIP cenderung akan menjadi oposisi pemerintahan Prabowo-Gibran.
Penilaian itu Agung sampaikan berdasarkan dua sinyal yang dilontarkan pihak PDIP. Pertama gugatan PDIP di PTUN yang memprotes pencalonan Prabowo-Gibran, dan Megawati yang belum menemui Prabowo.
“Tanda-tanda ini belum ditambah arahan PDIP meresmikan keluarnya Presiden Jokowi, Gibran, Bobby dari PDIP pasca putusan MK,” kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/4).
“Hal ini penting, karena kemenangan Prabowo-Gibran dalam pilpres kemarin sedikit-banyak dipengaruhi endorse tunggal Keluarga Solo,” sambungnya.
Agung memandang hubungan Megawati dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang rusak akibat kontestasi Pilpres 2024 berdampak pada hubungan Prabowo-Megawati.
“Walaupun sifatnya tidak langsung karena selama ini hubungan personal Mega-Prabowo dan PDIP-Gerindra baik,” jelas Agung.
Senada, Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin juga menilai PDIP berkemungkinan besar akan menjadi oposisi.
Terlebih, kata dia, PDIP telah memiliki banyak pengalaman menjadi oposisi di era orde baru hingga era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Jadi sebenarnya kalau kita bicara berani atau tidak, PDIP berani (untuk menjadi oposisi),” kata Ujang kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/4).
Baca kelanjutan di halaman berikutnya…