Yogyakarta, CNN Indonesia —
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta angkat suara usai dikaitkan dengan khatib salat idulfitri 1445 H di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul yang menyinggung soal kecurangan pemilu.
Khatib berinisial UC itu disebut merupakan akademisi atau dosen UAD Yogyakarta.
Kepala Bidang Humas dan Protokol UAD Ariadi Nugraha mengakui UC memang pernah menjadi bagian dari kampus selaku dosen tamu atau dosen tidak tetap Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) di Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) hingga berakhir 2022 lalu.
Namun saat ini UC sudah tak lagi aktif mengajar di kampus.
“Saat ini yang bersangkutan sudah tidak aktif mengajar di Universitas Ahmad Dahlan,” kata Ariadi dalam keterangan resminya, Jumat (12/4).
Menurut Ariadi, berbagai informasi beredar pada mesin pencarian yang masih mengaitkan UC dengan UAD telah disesuaikan dengan kondisi sebenarnya sekarang ini.
Ariadi menuturkan, pihaknya perlu angkat suara lantaran pihak kampus telah menerima berbagai pesan melalui media sosial terkait video ketika UC menjadi khatib kemarin.
“Dalam beberapa postingan yang beredar di media sosial, terdapat komentar-komentar yang mencatut nama UAD sebagai institusi yang terkait dengan UC,” jelasnya.
Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial menampilkan momen jamaah ‘bubar jalan’ salat idulfitri ketika khatib menyampaikan khotbah menyangkut kecurangan pemilu.
Akun X (Twitter) @merapi_uncover yang mengunggah video itu menyebut peristiwa ini terjadi di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul, DIY.
Dalam unggahan itu, terdapat dua video berdurasi pendek. Pertama, menampilkan sejumlah jamaah meninggalkan lapangan tempat salat dan kedua, menunjukkan sosok khatib dengan ceramahnya yang menyinggung kecurangan pemilu melibatkan pejabat negara.
Kepala Kantor Kemenag Bantul, Ahmad Shidqi sementara itu mengaku telah menerima laporan perihal kejadian ini dan meminta agar seluruh panitia penyelenggara salat id lain lebih berhati-hati ke depannya.
Ahmad menekankan Kemenag Bantul beberapa hari sebelum lebaran telah membuat dan mengedarkan panduan penyelenggaraan salat idulfitri 1445 H sebagai tindak lanjut SE Menag Nomor 1/2024.
Dijelaskan Ahmad, pada poin ke-5 panduan itu sudah diatur jika materi khotbah harus disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta nihil muatan politik praktis sesuai SE Menag Nomor 9/2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.
Penyelenggara minta maaf
Sementara itu panitia penyelenggara salat id meminta maaf atas kelalaian mereka. Salat idulfitri di Lapangan Banguntapan pada Rabu (10/4) kemarin diselenggarakan oleh panitia Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Tamanan.
“Kami mohon maaf untuk itu,” kata Ketua PHBI Tamanan, Sujendro Nugroho saat dihubungi, Jumat (12/4).
Menurut Sujendro, panitia tahun ini terlalu fokus ke kegiatan takbiran dan festival lomba menyambut lebaran. Sementara itu, panitia juga kesulitan mencari khatib untuk salat idulfitri karena para ustaz sudah terjadwal mengisi ceramah di tempat lain.
Sujendro mengaku, sejak didapuk jadi ketua PHBI tahun 1987, tidak pernah ada persoalan macam ini, sehingga semua khatib dianggap sudah paham batasan-batasan materi ceramah salat idulfitri.
Demikian pula dosen yang bersangkutan dulu juga sudah pernah diminta menjadi khatib oleh panitia PHBI Tamanan dan kala itu materi ceramahnya masih lumrah.
“Kalau kemarin saya nggak ketemu langsung, saya cuma WA saat meminta beliau menjadi khatib karena waktunya sangat mepet (dengan hari H idulfitri),” jelas Sujendro.
“Untuk masalah isian (khotbah) kami tidak meminta materinya. Memang sejak dulu sejak saya menjadi ketua PHBI saya anggap sudah tahu sendiri karena dari dulu tidak ada masalah apa-apa, ya baru kali ini. Saya sendiri khilaf, saya mohon maaf,” sambung Sujendro.
Pascaacara, Sujendro sendiri juga sudah menemui khatib secara dan menyampaikan agar tak lagi memberikan ceramah bermuatan politik.
“Saya bilang, lain kali tidak usah menyinggung masalah politik saja pak, nanti kasihan jamaahnya,” ujar dia.
(kum/sur)