Yogyakarta, CNN Indonesia —
Jemaah Masjid Aolia angkat suara perihal pernyataan pimpinan mereka Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu yang viral di media sosial perihal ‘telepon langsung ke Allah’ dalam menentukan hari Lebaran 1 Syawal.
Putra kelima Mbah Benu, Daud Mastein mengatakan pernyataan sang ayah merupakan kiasan semata. Menurutnya, Mbah Benu mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir Ramadan serta kedatangan bulan Syawal.
“Ya ngaji, ya amalan dan itu merupakan salah satu karomahnya beliau,” kata Daud saat dihubungi, Sabtu (6/4).
Daud menyadari pernyataan sang ayah telah menimbulkan kegaduhan dari pihak-pihak yang menelannya mentah-mentah. Ia mewakili keluarga dan seluruh Jamaah Masjid Aolia tetap menyampaikan permintaan maaf untuk itu semua.
“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah menimbulkan kegaduhan, mari kita tetap jaga kerukunan antarsesama,” ujarnya.
Menurut Daud, ayahnya juga sudah menyampaikan permintaan maaf sekaligus klarifikasi lewat sebuah video pendek yang dibuat Jumat (5/4) malam usai sejumlah pihak, termasuk perwakilan Kemenag menemui Mbah Benu.
Mbah Benu mengatakan pernyataan dirinya tentang menelepon Allah SWT dalam menentukan hari Lebaran hanya sebuah istilah.
“Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah, dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT,” kata Mbah Benu dalam video.
“Apabila pernyataan saya menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak,” tutupnya.
Jemaah Masjid Aolia telah melaksanakan salat Idulfitri 1 Syawal pada Jumat (5/4), atau lima hari lebih awal dari lebaran umat Islam lainnya yang diprediksi jatuh pada 10 April 2024.
Pelaksanaan ibadah salat Idulfitri Jemaah Masjid Aolia di Giriharjo bertempat di sejumlah titik. Beberapa di antaranya yakni Masjid Aolia dan kediaman Pimpinan Jamaah Masjid Aolia Raden Ibnu Hajar Pranolo di Dusun Panggang III, Giriharjo.
“Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Ta’ala. Ya Allah, kemarin tanggal 4 (April), malam 4, ya Allah ini sudah 29 (ramadan), satu syawalnya kapan, Allah Ta’ala ngendika (berkata), Jumat tanggal 5,” kata Mbah Benu kemarin.
Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Wilayah Kemenag DIY Jauhar Mustofa menyebut jemaah Masjid Aolia memiliki amaliyah atau tata cara beribadah mirip NU. Perbedaannya cuma pada cara penanggalan bulan ramadan dan syawal.
“Cuma dalam hal ini (puasa dan lebaran) mereka berbeda,” kata Jauhar saat dihubungi, Jumat (5/4) kemarin.
“Mereka punya prinsip memulai puasa dan lebaran, juga punya dalil sendiri yang diyakini oleh Pak Ibnu dan para pengikutnya. Kita tidak bisa memaksakan aturan yang dipakai pemerintah, tidak bisa meskipun tahun ini agak mencolok karena bedanya lima hari. Biasanya kan satu dua hari dengan Aolia,” sambungnya.
(kum/fra)